“Yes! Aku keterima!”
Kirana girang karena dia sukses mencari kerja di perusahaan
besar impiannya, May Group. Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk
memberitahukan pencapaiannya kepada sang ibu tercinta.
Kirana kembali ke rumah naik kereta. Dalam perjalanan pulangnya, dia teringat akan masa kecilnya. Orang tuanya sering mengajaknya ke pantai, bercanda ria dan tawa. Kirana pun tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya.
Sebelum menginjakkan kaki di rumah, Kirana menyempatkan diri mampir ke toko bunga. Dia membeli setangkai mawar putih kesukaan ibunya. Dia tersenyum memandangi setangkai mawar yang ada di hadapannya.
Kirana memberikan kejutan setangkai bunga mawar putih kepada seorang ibu-ibu berdaster yang sedang menyiram tanaman. Ibu-ibu itu pun senang dengan kepulangan Kirana. Dia adalah Bu Sumi, ibu dari Kirana. Bu Sumi semakin bertambah senang dengan keberhasilan yang dibawa Kirana.
Bu Sumi membeli sepasang sepatu untuk Kirana. Dia memberikan sepatu itu sebagai hadiah atas keberhasilan Kirana mencapai impiannya. Kirana tersenyum atas pemberian ibunya.
***
“Halo. Ibu apa kabar?” tanya Kirana yang saat ini telah berada di luar pulau karena pekerjaannya.
“Kirana..,” Bu Sumi menjawab
telepon Kirana. Saking bahagianya, Bu Sumi tidak bisa berkata apa-apa.
“Ibu?” tanya Kirana heran.
“Ibu… gak papa Nak… Ibu baik-baik
saja. Ibu bahagiaaa sekali Nak,”kata Bu Sumi.
Begitulah. Sebagai anak yang berbakti, di saat-saat senggang, Kirana selalu menghubungi ibunya untuk menanyakan kabarnya dll.
Bulan Ramadan tiba. Setiap waktu sahur, Kirana selalu menyempatkan menelepon ibunya.
Suatu ketika Kirana mendengar
ibunya terbatuk-batuk di telepon. Dia pun mulai khawatir.
“Ibu gak papa?” Tanya Kirana.
“Gak papa… Uhuk uhuk... Cuma batuk biasa…,” jawab Bu Sumi.
“Oh…. Eh iya Bu. Bentar lagi Kirana
mudik ni. Ibu mau dibawain apa?”
“Gak usah…. Yang penting kamu
sampai sini selamat aja….”
“Hehe….”
***
Seorang perempuan beransel membawa
sebuah buket bunga mawar putih. Dia mengetuk sebuah rumah kayu sederhana milik
Bu Sumi. Dia Kirana. Dia telah pulang dengan selamat bersama dengan seikat
buket bunganya.
Ketukan pintu Kirana tak kunjung mendapat jawaban dari ibunya. Dia pun mencoba membuka pintu rumahnya. Ternyata pintunya tidak terkunci. Pintu pun terbuka. Kirana masuk ke dalam rumah. Keadaannya sepi.
Dari jauh Kirana memperhatikan ibunya yang sedang duduk di kursi malas. Dia panggil ibunya tetapi ibunya tetap tidak menyahut. Didorong oleh rasa penasarannya, dia pun perlahan mendekati ibunya yang sedari tadi duduk tenang. Dia perhatikan raut muka ibunya yang diam tenang, lalu dia mencoba membangunkan ibunya.
Dua kelopak mata tua terbuka. Kirana lega. Ternyata ibunya hanya tertidur pulas.
-The End-